Seperti dilansir dari laman orang tua kami, rasa percaya diri merupakan modal yang baik bagi anak untuk mencari tantangan, menerima keberagaman, dan membangun hubungan positif dengan teman sebayanya.
Namun, tidak semua anak cukup percaya diri untuk menyesuaikan diri. Ayah dan Bunda, jika anak Anda salah satunya, tidak perlu khawatir. Hal ini dapat memperkuat rasa percaya diri anak.
Bantuan orang tua juga meningkatkan peluang keberhasilan dalam mengembangkan rasa percaya diri anak. Lalu apa saja cara praktis meningkatkan rasa percaya diri anak?Berikut ulasannya.
Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak
1. Menjadi Panutan
Seperti dilansir Kids Health, orang tua juga harus menjadi panutan atau berusaha menjadi panutan bagi anaknya.
Karena segala sesuatu yang dilakukan seorang anak semisal rajin mengerjakan pekerjaan rumahnya, membereskan mainan di kamarnya, bahkan merapikan tempat tidurnya, meniru orang tuanya.
Tolong tunjukkan juga perilaku yang baik. Misalnya saja saat mengajarkan sesuatu kepada anak, jangan mengeluh atau mengeluh. Anak-anak kita cenderung menirunya.
2. Mendampingi anak belajar
Bagi bayi, belajar memegang gelas pertama kali merupakan sebuah kepuasan dan pengertian. Seiring bertambahnya usia, anak-anak belajar lebih banyak. Contoh: Belajar memakai pakaian, cara mengendarai sepeda, dll.
Kemampuan melakukan berbagai tugas juga meningkatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu, hendaknya orang tua hadir, membantu anak mempelajari hal baru, biarkan ia mencoba dan membuatnya gagal.
Memberikan ruang bagi anak untuk belajar dan merasa bangga pada dirinya sendiri ketika berhasil menyelesaikan sesuatu. Tantangan yang mereka hadapi tidak boleh terlalu mudah atau terlalu sulit.
Namun dorong mereka untuk selalu berani melakukan yang terbaik. Juga beri tahu mereka bahwa itu tidak harus sempurna. Karena tidak ada orang yang sempurna.
3. Puji Anak
Hindari memuji hanya ketika hasil sudah diperoleh, misalnya ketika nilai meningkat. Pujilah berbagai upaya, pertumbuhan, dan perilaku yang ditunjukkan anak Anda. Misalnya, seorang anak gagal dalam suatu kompetisi.
Sekalipun Anda tidak berhasil, ucapkan selamat kepada diri sendiri karena memiliki dorongan dan keberanian untuk melakukannya. Biarkan anak Anda tahu bahwa mereka memiliki banyak kesempatan untuk berbuat lebih baik di lain waktu.
Pujian ini akan mendorongnya untuk berusaha lebih keras mencapai tujuannya dan menjadi lebih sukses di masa depan.
4. Kejujuran
Pujian tidak muncul begitu saja. Pastikan untuk memberikan pujian dalam konteks yang benar. Misalnya, jika Anda tahu Anda tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik, jangan beri tahu anak Anda bahwa mereka hebat.
Namun, dalam situasi seperti ini, penting bagi orang tua untuk terus membantu anak mereka menjadi toleran dan percaya diri.
Misalnya, “Saya yakin besok kamu akan merasa lebih baik.” Selain itu, hindari pujian yang berlebihan atau tidak pantas, karena ini sama saja dengan mengatakan kepada anak Anda, “Kamu sudah cukup baik, kamu tidak perlu mencoba lagi.
5. Fokus pada kelebihan anak anda.
Lebih memperhatikan kelebihan dan kelebihan anak. Beri mereka lebih banyak ruang untuk mengembangkan keterampilannya.
Jika kita fokus pada kelebihan anak dibandingkan kelemahannya, anak menjadi lebih percaya diri dan menunjukkan perilaku yang lebih baik.
6. Mendorong anak untuk menjalin persahabatan yang sehat.
Ajarilah anak-anakmu bahwa sahabat yang baik adalah orang yang memperlakukannya dengan baik dan memberi nasihat serta dukungan.
Beritahu anakmu untuk menghindari orang yang mempermalukan orang lain atau berperilaku buruk.
7. Mengajarkan anak untuk saling membantu
Anak mengembangkan rasa percaya diri ketika mereka merasa sedang membantu orang lain. Misalnya, mengajar anak untuk membantu orang tuanya di rumah, membantu aktivitas di sekolah, dan membantu sepupunya.
Membantu anak tidak hanya memperkuat rasa percaya diri tetapi juga keberanian mencoba hal baru dan mengambil keputusan yang bijak.
8. Mendorong anak untuk berani mengambil keputusan.
Laporan Orang Tua Hari Ini: Saat anak mengambil keputusan sendiri, mereka merasa punya peran lebih besar. Anak biasanya sudah siap mengambil keputusan ketika berusia sekitar 2 tahun.
Mulailah dengan mendorong anak untuk membuat keputusan sederhana, seperti pakaian apa yang ingin mereka kenakan pada waktu tertentu.
Anak juga belajar bertanggung jawab atas keputusannya sendiri ketika mengetahui perbedaan cuaca dan diberi kebebasan dalam mengambil keputusan, misalnya dalam memilih pakaian.